TUGAS KEWIRAUSAHAAN 2


Nama Kelompok
1. Aprilia Putri
51214462
2. Laely Hafsyah
55214959


Latar Belakang

Kami membuat makalah tentang 5 Pengusaha Sukses Di Indonesia ini untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan. Selain itu Tujuan membuat makalah ini adalah menambah wawasan pengetahuan agar pembaca termotivasi untuk membangun minat dalam berwirausahaan serta mengantisipasi adanya ketidak telitian dalam membuat suatu usaha.
Dalam hal ini kami membuat suatu makalah yang berjudul “ Lima Pengusaha Sukses Di Indonesia”.

·        LIMA PENGUSAHA SUKSES DI INDONESIA

Afgan Syahreza

Nama Lengkap: Afgan Syah Reza
Nama Panggilan: Afgan
TT:: Jakarta, 27 Mei 1989
Nama Ayah: Loyd Yahya
Nama Ibu: Lola Purnama
Anak ke: 3 dari 4 bersaudara
Zodiak: Gemini
Hobby: Berenang, fitness
Pakaian Favorit: Jins, t'shirt
Makanan Favorit: Mie instan, masakan Italia
Jenis Musik Favorit: R&B, jazz
Pendidikan Terakhir : SMA 34 Jakarta, Perguruan Tinggi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia



Afgan adalah Penyanyi Indonesia yang bersuara emas yang berdarah Minangkabau. Afgan memulai debutnya (januari 2008) yang berjudul confenssion no.1. lagu Afgan yang terkenal pada album tersebut adalah “ Terima Kasih Cinta”.
Beranjak seiring kesuksesan Afgan, melalui hobinya. Afgan kini bertransformasi menjadi penyanyi profesional. Bakat bernyanyinya merambah bisnis yang tidak jauh dengan profesinya. Bisnis yang tak jauh dengan profesinya tersebut  adalah sebuah tempat karaoke keluarga bernama De” Tones By Afgan.
Pada hari Senin, (12 Mei 2014) di Kawasan Gading Serpong Boulevard, Tangerang. Afgan dengan resmi membuka outlet karaoke pertama miliknya.

"Karaoke keluarga ini punya sejarah yang kuat bagi saya. Karena gini, sejarahnya Afgan dulu bisa sampai saat ini awalnya dari tempat karaoke. Saya hobi karaoke, kebetulan ada produser yang lihat, jadilah saya seperti ini," ujar Afgan saat jumpa persi di outlet De'Tones By Afgan.

"Agak lucu sih, dulu saya berawal dari karaoke keluarga, sekarang bisa punya tempat sendiri," sambungnya lagi.
Mengedepankan konsep utama yaitu Around The World, De’ Tones By Afgan menghadirkan nuansa keindahan kota di seluruh dunia di 20 ruangannya.

Mulai saat ini Afgan akan memfokuskan diri untuk membangun ‘awarness” masyarakat luas dan para fans nya.
Dengan membuka De’Tones diharapkan bisa memberikan warna baru karaoke keluarga di indonesia dan mengembangkan outlet ini lebih banyak, begitu sekiranya yang pungkaskan oleh penyanyi berdarah minangkabau ini. Ada dua outlet di kawasan jakarta, kemudiann ia menjadikan Lampung,Pontianak,Yogyakarta, dan purwokerto menjadi target berikutnya.

Ivan Gunawan


Nama                    : Ivan Gunawan Putra
Lahir                     : Jakarta, 31 Desember 1981
Pekerjaan              : Desainer, Pelawak, Pembawa Acara, Aktor
Orang Tua             : Bambang Cahyo Gunawan
                               Erna Gunawan
Agama                  : Islam

Perjalanan karier Ivan Gunawan Putra dan biasa kita kenal dengan Ivan Gunawan. Pertama kali dikenal sebagai seorang desainer di Indonesia. Kemudian ia mulai memasuki dunia presenter dan pemain film. Bukan hanya itu, Ivan Gunawan yang lahir 31 Desember 1981 di penghujung tahun adalah anak bungsu dari tiga bersaudara.
Saat ia kecil mereka belum sempat mempunyai rumah sendiri. Di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mereka tinggal ramai-ramai dengan saudaranya yang lain yaitu di Jalam Mendawai 1 No.92.
Disanalah ia berkenalan dengan aktivitas mendesain. Di lantai bawah ada butik milik pamannya yaitu Adjie Notonegoro, dan di lantai atasnya ada para penjahit yang bekerja. Ia pun menjadi terbiasa berbisnis walaupun hidup diruko.
Saat usia sekolah, Ivan bersekolah di Singapura, TK dan SD. Karena ayahnya berdinas disana. Kemudian sekeluarga pindah ke Hong Kong.
Setelah Ivan Gunawan beranjak dewasa ia tumbuh menjadi seorang pembawa acara, perancang busana dan juga pemain film.

Dalam kegiatan berbisnis, Ivan Gunawan semakin memperluas bisnis butiknya. “Miss To Mom” di Tanah Abang, Jakarta. Ia juga akan membuka sebuah butik dengan berkonsentrasi pada busana pria. Bermula saat sahabatnya yaitu Ruben Onsu mempopolerkan sebuah jargon “Maham!”.
Ungkapan tersebut tidak sengaja dicetuskan olehnya karena memang harga butik Ivan Gunawan yang memang terbilang Mahal. Karena itu ia membuat butik dengan harga yang tidak mahal, banyak ibu-ibu khawatir menginjakan kaki ke butiknya, namun sekarang Ivan Gunawan sudah membuka sebuah toko grosir di Tanah Abang.
Meski membuka di Pasar Tanah Abang, Ivan Gunawan mengaku tidak ikut pada arus. Ia mengatakan tidak akan mengikuti selera pasar, namun selera pasarlah yang akan mengikuti seleranya.
Ia merancang sendiri semua busana perempuan yang dijual secara grosir, penjualan busana tersebut terbilang murah karena menurutnya agar perputaran modalnya cepat.
Butiknya yang kini tidak lagi dibilang mahal itu bisa jadi alternatif para ibu-ibu arisan dan juga putrinya. Ivan Gunawan menjelaskan sedang melirik peluang dari sifat boros kaum hawa, bahwa perempuan biasanya konsumtif walaupun lagi krisis. Merancang busana wanita adalah salah satu keahlian terbesarnya.

Mira Lesmana
Description: mira lesmana.jpg
Nama                    : Mira Lesmanawati
Lahir                      : Jakarta, 8 Agustus 1964
Pekerjaan           : Produser
Pasangan             : Mathias Muchus
Anak                      : Galih Galinggis
                                   Kafka Keandre
Orang Tua           : Jack Lesmana
                                  Nien Lesmana

Mira Lesmanawati lahir di Jakarta 8 Agustus 1964, adalah salah seorang produser film dan sutradara film asal Indonesia. Ia lulusan Institut Kesenian Jakarta yang dikenal sebagai produsermemulai karirnya di perusahaan periklanan.
Pada tahun 1996, ia mendirikan Miles Productions, yang memproduksi beberapa film-film sukses seperti Ada Apa dengan Cinta, Petualangan Sherina, dan Laskar Pelangi.
Filmografi
Di masa kecil ia sempat berminat untuk mengikuti jejak sang ayah di dunia musik, maka sejak kecil ia pun rajin untuk les privat piano, namun ia tak menunjukan perkembangan bakatnya dalam bidang bermusik. Hingga akhirnya ia pun berhenti total belajar piano. Berbeda dengan adiknya Indra Lesmana yang tengah asyik bermain piano yang kini sebagai musisi jazz, pengarang lagu, dan produser musik.
Setelah ia gagal menjadi pemusik, Mira kemudian mencari bakatnya di bidang lain. Memasuki usia remaja, ia gemar menulis puisi dan adiknya pun sering meminta bantuan untuk menuliskan lirik lagu.
Sejak kecil ia senang mendengarkan dongeng dari gurunya di sekolah dasar. Sejak itulah daya imajinasi Mira mulai terasah, yang dikemudian hari amat mempengaruhi kemampuan menulisnya di masa remaja.
Mira melanjutkan pendidikannya, dan untuk masuk ke sekolah tersebut, ia harus lulus tes bahasa inggris. Ia pun berhasil menjalani tes itu karena sejak duduk di bangku SD, ia sudah mulai bisa berbicara bahasa inggris.
Menariknya adalah kemampuannya dalam berbahasa inggris adalah karena melihat tamu-tamu ayahnya. Yang kemudian terpikir olehnya adalah betapa asyiknya jika ia bisa berbahasa inggris, sehingga ia dapat berdialog dengan mereka.
Sejak itu ia mulai menggemari buku-buku cerita dengan bahasa inggris. Selain melalui buku, ia juga mempelajarinya lewat gilm. Keluarnyanya pun memang gemar menonton film. Film-film ini pula yang semakin lama menggugah minat Mira untuk segera mendalami bahasa inggris dan sejak itu pula ia mulai tertarik dan jatuh cinta dengan film.
Dan pada akhirnya untuk layar lebar, Mira kemudian memproduksi film kedua berjudul Petualangan Sherina di tahun 2000. Film musikal yang juga dibintangi sang suami, Aktor, Sutradara Mathias Muchus  itu berhasil menyedot jutaan penonton. Film tersebut sekaligus menandai kebangkitan Sutradara film Indonesia.
Nama Mira pun semakin mengorbit sebagai produser film berkualitas. Sukses terus berlanjut saat ia membuat film remaja berjudul Ada Apa Dengan Cinta? (AADC) yang disutradarai Rudy Soedjarwo. Film yang dibintangi oleh Dian Sastro dan Nicholas Saputra itu meledak di pasaran dengan raihan 1,6 juta penonton. Selain itu AADC juga berhasil terpilih sebagai film terpuji oleh Forum Film Bandung.
Setelah itu, Mira terus membuat karya-karya berkualitas, diantaranya, Eliana, Eliana yang berhasil penghargaan untuk kategori skenario terbaik Festival Sutradara
film Indonesia tahun 2004. Kemudian Rumah Ketujuh, Gie, Laskar Pelangi, dan Sang Pemimpi.

Nurhayati Subakat
Description: Nurhayati.jpg
Nama                    :  Nurhayati Subakat
Lahir                      : Padang Panjang, Sumatra Barat, 27 Juli 1950
Pekerjaan           : Pengusaha
Agama                  : Islam
Lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 27 Juli 1950. Cerita tentang Nurhayati, bukan cerita tentang kecantikan belaka.
Masa remajanya dilewati di kota itu. Menyelesaikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di situ. Sesudah lulus dari sekolah menengah, dia kuliah di Jurusan Farmasi Institut Teknologi Bandung. Dia cerdas. Juga rajin belajar. Kuliah tuntas lalu wisuda tepat pada waktu.
Sesudah wisuda itu, ia bekerja sebagai apoteker di Rumah Sakit Umum di Padang. Merasa cukup berbakti di sana, kemudian ia memilih pindah ke Jakarta. Bekerja sebagai staf quality control di sebuah perusahaan kosmetik yang sudah sohor. Bekerja di perusahaan itu adalah dambaan para professional muda lulusan farmasi. Namun terjadinya kejadian kecil di perusahaan itu mendorongnya ia untuk keluar.
Keluar dari perusahaan besar itu, dia memulai bisnis sendiri pada tahun 1985. Membuat industri rumahan dengan tenaga kerja hanyalah pembantunya sendiri. Ia membuat produk pertama yaitu sampo yang diberi merk Putri. Dan membuat masyarakat mengenal ini butuh tenaga besar.
Setelah beberapa waktu samponya pun dikenal di salon-salon ternama di Jakarta. Namun lima tahun kemudian pabriknya terbakar dan usaha yang dirintisnya dari nol hilang begitu saja. Untuk membangkitkan itu semua lagi rasanya tidak mungkin. Hutang yang cukup banyak di bank tidak membuat ragu untuk menutup usaha itu. Namun ia memikirkan nasib para karyawanya.
Dan ia mencoba percaya bahwa bisa untuk mengembalikan semua itu dengan tekad yang kuat. Dimulai dengan modal yang dipinjam dari suami akhirnya ia bisa membuat mesin itu bekerja kembali. Setelah sudah berjalan kembali ia melakukan inovasi ke bisnis kosmetik, yang juga di tuju ke konsumen. Dengan membidik usahanya ke segmen muslimah.
Perlahan usahanya mulai dikenal, dengan membuat produk kosmetik yang kita kenal saat ini dengan nama Wardah. Dengan menciptakan pilar bisnis yang kuat, Wardah sanggup melewati krisis ekonomi Indonesia pada akhir 1997an.
Dengan menjualkan dari para agen, ia juga memasarkan roduknya dengan cara Multi Level Marketing (MLM). Dan dari kerja keras itu produk wardah terus berkembang dan memperoleh laba yang digunakan untuk memperluas jaringan pasar.
Pada tahun 2016 ia memasang target dengan perusahaan ini harus Go Public. Meski sudah menyusun rencana itu, pada usia 63 tahun ini dia mulai menepi dengan menyerahkan kendali perusahaan pada kedua anaknya yang lulusan ITB. Hampir 28 tahun bisnis ini berjalan, Nurhayati berharap usahanya ini jangan meraih puncaknya dulu.
Kini, Wardah Cosmetics memiliki perkembangan omset 75 persen per tahun selama empat tahun terakhir. Ia juga memberi zakat senilai Rp 1M pada Dompet Dhuafa.







Wishnutama Kusubandio
Description: Wishnu.jpg
Nama                    : Wishnutama Kusubandio
Lahir                      : Jayapura, Papua, 4 Mei 1976
Pekerjaan           : Direktur Utama Sekaligus Pemilik PT. NET Mediatama
Agama                  : Islam
Lahir pada 4 mei 1976, ia adalah salah satu pendiri dari PT. Net Mediatama atau kita sering dengat NET. . Beliau adalah lulusan komunikasi di universitas Mount Ida Boston, Amerika Serikat. Menggali ilmu pertelevisian di Emerson College,Boston. Ia memulai karirnya dari bawah sebagai Production assistant di New England Cable News Amerika Serikat dan menjadi Assistant Director On Air Promotion di WHDH-TV, Boston.
Pada tahun 1994, ia pulang ke indonesia dan bekerja di indosiar sebagai Supervisor On Air Promotion. Setahun kemudian pindah divisi ke produksi sebagai Producer Director. Kariernya berkembang menjadi Executive Producer News dan Production Division. Lalu beberapa waktu berjalan ia diangkat menjadi Production Manager. Ia menciptakan banyak program seperti Gebyar BCA dan lainya.
Pada tahun 2001 ia pindah ke Trans TV menjadi Kepala Divisi Produksi. Lalu tiga tahun kemudian ia diangkat menjadi Direktur Operasional, dan setahun kemudian menjadi Wakil Direktur Utama. Pada pengambilan saham TV7 tahun 2006, ia ditunjuk menjadi Direktur Utama Trans7. Lalu 2 tahun kemudian ia ditunjuk menjadi Direktur Utama Tans TV. Selama ia memimpin, ia menciptakan program-program seperti extravaganza, Opera Van Java, Empat Mata, Dan lainya.
Ia pernah meraih penghargaan berskala Nasional dan Asia, antara lain Television Award dan Panasonic Awards.

Setelah 11 Tahun Mengembangkan TransCorp, Ia memilih untuk mengudurkan diri. Yang didasari pada program acara di indonesia yang makin lama tidak seimbang. Bersama Agus Lasmono, dia membangun sstasiun televisi bernama NET. TV yang berkepanjangan New and Entertainment Television.

0 komentar:

Posting Komentar